Mengapa online learning tidak sebaik belajar tatap muka, padahal inilah trend pembelajaran masa depan?
Keuntungan online learning, siswa dan guru tidak lagi dibatasi oleh waktu dan tempat. Belajar bisa dimana saja dan kapan saja. Banyak orang yang produktivitasnya meningkat dengan cara seperti ini.
Namun, online learning juga ada kelemahannya. Terutama jika framework yang dipakai masih tradisional, yaitu guru memberi kuliah dan murid mendengarkan, kemudian mengerjakan tugas. Sering kali guru frustrasi karena muridnya tiba-tiba menghilang dari layar screennya.
Guru juga tidak tahu apakah muridnya benar mendengarkan atau sedang mengerjakan sesuatu yang lain. Karena tidak berada dalam ruang yang sama, tidak mungkin bagi seorang guru untuk mengontrol kelas sama seperti pembelajaran tatap muka.
Metode Belajar Project-Based Learning
Salah satu metode yang dipakai agar online bisa sukses adalah Project-Based Learning. Dengan PBL guru tidak perlu kuatir apakah siswanya menyalakan kamera atau tidak, sedang mendengarkan pelajaran atau tiduran, mengerjakan tugas atau menonton Youtube.
PBL adalah model belajar ini berbeda dari model tradisional dimana guru memberikan kuliah searah atau memberi tugas bacaan. Perbedaan utama dari PBL adalah siswa menemukan sendiri proses belajar yang menarik untuknya. Guru menyediakan struktur, sumber bacaan dan bimbingan. Sementara itu siswa bertanggung jawab untuk mengatur waktu dan menentukan cara belajar yang cocok baginya.
Dengan PBL, guru lebih mengutamakan outcome. Hasil dari PBL akan menunjukkan seberapa banyak siswa itu memahami dan mengaplikasikan pelajaran yang didapatkannya. PBL juga akan melatih Independent learning, research skills, soft skills (manajemen waktu, tanggung jawab, motivasi diri, fokus, disiplin, dll.) yang akan sangat dibutuhkan market place jaman sekarang.
Menurut Todd Stanley dalam bukunya, “Project-Based Learning for Gifted Students: A Handbook for The 21st-Century Classroom,” PBL melatih siswa dalam hal 3 R:
1. Readiness
Level kemampuan atau pengetahuan yang sudah dimiliki siswa ketika project dimulai. Sebagai kontras pembelajaran tradisional yang ‘one size fits all’, PBL membuka kesempatan untuk diferensiasi. Siswa yang memiliki kemampuan tinggi, rata-rata atau tertinggal dapat difasilitasi bersama-sama.
2. Responsibility
Salah satu soft skill atau nilai yang diajarkan PBL adalah tanggung jawab. Dengan PBL tanggung jawab untuk belajar ada di tangan siswa. Tugas guru hanya membimbing jika muridnya mengalami kemandekan, bingung atau tidak produktif. Siswa sendiri yang harus menentukan waktu dan cara mereka belajar sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
3. Relevance
Banyak kali siswa bertanya, “Apa gunanya pelajaran ini untuk saya?” Semangat belajar mereka akan pudar ketika merasa pelajaran tidak berguna. PBL menitikberatkan proses belajar daripada topik belajar. Siswa akan tertarik dan aktif karena dalam prosesnya mereka belajar skills seperti research, communication, teamwork, yang tentu saja sangat berguna di market place sekarang.