Passion project telah menjadi sarana bagi siswa Noble Academy dalam menjawab rasa penasaran mereka terhadap lingkungan sekitarnya yang juga menjadi lingkungan belajar mereka. Selain itu, melalui setiap eksperimen, pengumpulan informasi serta arahan dari pembimbing project, dipercaya mampu mendukung pengembangan diri siswa, baik perkembangan ilmu pengetahuan, skill, maupun kepercayaan diri. Melalui passion project mereka punya kesempatan untuk mencari tahu lebih banyak tentang hal-hal menarik di sekitarnya yang menambah wawasan mereka. Saat ini, passion project sudah menjadi hal yang biasa dikerjakan oleh siswa Noble Academy. Para siswa selalu didorong untuk semakin produktif, dan kreatif dalam berkarya melalui passion project.
Kali ini, Keiko melakukan sebuah project yang berangkat dari rasa penasaran sejak pengalamannya berbelanja makanan di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta. Pada saat itu, Keiko mulai bertanya mengapa makanan, misalnya roti, bebas gluten dibandrol dengan harga yang jauh lebih mahal daripada makanan pada umumnya? Apakah yang menjadi keistimewaan makanan bebas gluten ini? Pengalaman inilah yang mendorong Keiko untuk mengerjakan project literatur dan eksperimen membuat makanan bebas gluten, yaitu biskuit.
Passion project dilakukan dengan agenda yang telah terlebih dahulu diorganisir dengan matang. Pada minggu pertama, Keiko membuat perencanaan project yang terdiri dari penjelasan tentang deskripsi project, tujuan akhir project, hingga perencanaan mingguan yang akan ia lakukan per minggunya sampai minggu kelima. Keiko kemudian mengumpulkan informasi dari berbagai sumber online terpercaya tentang topik ini pada minggu kedua. Ia mampu mengumpulkan informasi antara lain tentang apakah gluten itu, apakah dampaknya bagi tubuh manusia, siapakah yang aman dan tidak aman mengkonsumsi gluten dalam makanan. Dengan arahan pembimbing, Keiko melakukan studi literatur ini secara terorganisir. Keiko bahkan menunjukkan kepercayaan diri dalam menjelaskan kembali setiap informasi yang ia baca dan rangkum dalam sebuah presentasi verbal dihadapan pembimbing dan teman sekelasnya.
Keiko mulai melakukan eksperimen membuat biskuit bebas gluten pada minggu ketiga. Ia mengganti tepung yang umum digunakan dengan tepung gandum. Hasilnya tidak mengecewakan. Namun, Keiko belum terlalu puas dengan hasil pertamanya sehingga ia kembali melakukan penelitian untuk menemukan apa yang harus diperbaiki dalam eksperimennya. Pada percobaan membuat biskuit tanpa gluten berikutnya, ia melakukan hal yang sedikit berbeda dari sebelumnya, yaitu mencampur beberapa jenis tepung selain tepung gandum dengan perbandingan yang lebih tepat. Hasil yang diperoleh pada percobaan yang kedua jauh lebih memuaskan dan sesuai dengan apa yang Keiko ekspektasikan pada awal project.
Project berakhir pada minggu kelima yaitu presentasi keseluruhan project dari minggu pertama hingga minggu keempat. Keiko mampu menjelaskan apa yang ia lakukan dalam project ini dengan sangat baik dan memuaskan baik bagi Keiko sendiri, guru pembimbing bahkan juga orang tua yang mendampingi Keiko mengerjakan projectnya di rumah. Tidak berhenti sampai project ini selesai, Keiko masih mau terus mencoba membuat biskuit bebas gluten dengan berbagai hal yang ia coba modifikasi sendiri. Pengalaman Keiko ini menunjukkan bahwa saat siswa merasa berhasil dengan satu project yang ia kerjakan, maka ia akan semakin termotivasi untuk mengerjakan project-project lainnya yang lebih menantang.