Pernah dengar tentang cerita Rajawali dan Ayam, dimana seekor anak rajawali di pelihara oleh seorang petani? Rajawali itu dibesarkan di pertanian bersama dengan anak-anak ayam, dilatih sebagai ayam, berpikir bahwa dirinya ayam, dan berkemampuan sama seperti seekor ayam. Seumur hidupnya rajawali itu hanya bisa memandang angkasa biru dengan kagum, tidak pernah mengira bahwa ia punya kemampuan untuk bisa terbang tinggi melintasinya.
Itulah yang akan terjadi jika anak gifted dipaksakan bersekolah di sekolah umum tanpa differensiasi.
Anak Gifted Butuh Differensiasi
Alasan mengapa anak gifted butuh differensiasi karena sistem pendidikan pada umumnya tidak dirancang untuk anak gifted. Anak gifted butuh tantangan dgn kurikulum yg lebih dalam dan kompleks sejak kecil. Kurikulum sekolah yang masih berpaut pada Lower Order Thinking Skills (LOTS): menghapal, memahami, dan mengaplikasi membuat mereka bosan dan disengaged. Anak gifted akan bersinar jika mereka diajarkan higher order thinking skills (HOTS) : analisa, evaluasi dan kreasi.
Salah satu miskonsepsi terbesar bagi anak gifted adalah, orangtua dan profesional menganggap bahwa karena kemampuan intelektual mereka yang tinggi, maka mereka akan sukses tanpa intervensi apapun. Jika memang pintar seharusnya mereka berprestasi dan juara di sekolah!
Tentu ini tidak benar. Anak gifted sama dengan anak yang berkebutuhan khusus, jika tidak mendapatkan penanganan yang sesuai maka mereka tidak akan berkembang dengan baik, sebaliknya justru giftedness mereka akan membawa efek-efek negatif baik pada perkembangan akademis maupun sosial emosional mereka.
Saya mendorong orangtua yang memiliki anak gifted untuk segera mendapatkan intervensi atau diferensiasi kurikulum. Apalagi ketika anaknya mulai menunjukkan gejala bosan sekolah, nilai-nilainya menurun, malas belajar, jadi menganggap remeh pelajaran, teman-teman dan guru.
Ini adalah tanda-tanda bahwa anak gifted Anda mulai Underachieving. Keadaan ini bisa berlanjut sampai anaknya High School bahkan sampai dewasa. Saat anak gifted jadi underachiever, maka ada banyak study dan life skillnya yang tidak berkembang, sehingga waktu ada tantangan atau pelajaran semakin susah mereka mudah menyerah.
Tahun lalu ketika memulai Noble Academy, sebagai sekolah khusus untuk gifted education, fokus kami ada pada anak-anak kelas 4-9. Sekarang ini, meskipun belum membuka kelas reguler utk kelas 1-3 SD, namun kami mulai serius memikirkan mereka. Dalam praktek, kami sadar bahwa semakin dini pendidikan anak gifted dimulai maka hasilnya akan semakin baik, baik dalam pencapaian akademis maupun pengaruh pada perkembangan sosial emosional. Fakta ini juga berlaku untuk semua area perkembangan talent. Semakin dini anak dilatih dan dibimbing, semakin tinggi kemungkinan ia mencapai tingkat mastery.
Sebaliknya semakin lama anak gifted diintervensi maka hasilnya juga kurang baik. Akhirnya sekolah khusus seperti Noble Academy tidak hanya menjadi tempat pendidikan dan perkembangan talent, tapi juga menjadi tempat sebagai “recovery center” dimana skills anak-anak yang tidak berkembang dan menjadi underachieving dilatih kembali. Tugas guru menjadi lebih berat. Dan tanpa support dan komitment orang tua, maka anak gifted yang sudah terlanjur underacieved akan sulit diperbaiki.
Kabar baiknya, saat ini orangtua tidak perlu mengirim anaknya untuk belajar secara full time di Noble Academy untuk mendapatkan penanganan pendidikan khusus. Juga tidak perlu menunggu sampai mereka menunjukkan gejala underachievement baru mencari bantuan. Jika dimulai sejak dini, maka anak-anak bisa terus bersekolah di sekolah umum dan cukup dengan mengirim mereka untuk program Enrichment 1 – 3 kali seminggu.
Di sini mereka akan diajar dengan menggunakan kurikulum yang khusus didesain untuk high ability students, diajar oleh guru-guru yang sudah dilatih, serta dengan fasilitas yg mendukung proses pembelajaran. Selain itu mereka juga bertemu dgn teman-teman lain yg mempunyai kemampuan yang sepadan. Ali-ali giftedness mrk dianggap aneh, justru kelebihan itu diasah, diarahkan, dan dirayakan.