Penjelasan tentang model pendidikan anak gifted akan dimulai dari pertanyaan banyak orang tua dan kaum profesional yaitu, mengapa anak gifted butuh pendidikan khusus?

Seperti yang kita ketahui bahwa kurikulum yang ada di sekolah pada umumnya tidak dirancang untuk anak gifted atau anak dengan kebutuhan khusus. Anak gifted sendiri meskipun berbeda dengan anak kebutuhan khusus dalam hal belajar namun perlu modifikasi atau diferensiasi kurikulum untuk memenuhi baik kebutuhan akademik maupun kebutuhan sosial emosional mereka.

Dalam hal akademik, anak gifted membutuhkan tantangan yang lebih besar untuk memenuhi rasa ingin tahu mereka. Untuk itu mereka membutuhkan kurikulum dengan lebih kompleks dan lebih dalam dari yang diberikan oleh sekolah reguler. Untuk kompleksitas mereka membutuhkan model pembelajaran yang menekankan pada High Order Thinking (HOT) seperti analisa, evaluasi dan kreasi. Sedangkan untuk kedalaman, mereka membutuhkan tantangan untuk berpikir prosedural dan konseptual.

Dalam hal sosial-emosional terdapat overexcitability pada banyak anak gifted sehingga meningkatkan intensitas mereka pada area: psikomotor, emosional, intelektual,  sensual dan imajinasional. Seringkali overexcitability disalah-artikan sebagai mental disorder atau gangguan perkembangan. Oleh sebab itu banyak anak gifted yang menerima perlakukan yang salah atau tidak tepat. Alih-alih kelebihan mereka dirayakan, justru kelebihan itu menjadi masalah yang diperbesar.

Selain itu, banyak anak gifted (terutama yang highly gifted) yang mengalami asinkroni dalam perkembangan. Asinkroni terjadi ketika satu area perkembangan lebih cepat dari area yang lain. Misalnya kemampuan mental yang jauh melampaui usia kronologis sementara segi emosi yang masih dalam usia atau bahkan kurang dari usia kronologis. Seorang anak gifted yang berusia 10 tahun bisa memiliki kemampuan mental remaja berusia 16 tahun namun secara emosional setara anak 6 tahun. Anak ini bisa mengadakan konversasi dengan orang dewasa bahkan memilih yang lebih tua untuk bertukar pikiran, namun bisa juga merajuk ketika keinginannya tidak terpenuhi. Di sekolah umum, anak gifted yang memiliki asinkroni antara mental dan emosional bisa dianggap memiliki gangguan perilaku.

Edukator anak gifted harus memahami secara holistik perbedaan perkembangan dan cara belajar anak gifted dibandingkan dengan norma. Dari sinilah kurikulum pendidikan dirancang dan dimodifikasi. Boleh dikata pendidikan gifted meliputi 3 tahap besar yaitu: mengidentifikasi talent, mengembangakan talent serta mengubah talent menjadi performa. Lewat pendidikan khusus ini, anak-anak gifted diharapkan menunjukkan prestasi yang luar biasa dalam bidang talent mereka.

Beberapa model belajar yang dipakai dalam pendidikan gifted yang sudah terbukti berhasil adalah dan sekarang diterapkan di Noble Academy adalah:

DIFERENSIASI KURIKULUM

Diferensiasi adalah respon terhadap kebutuhan belajar siswa yang berdasarkan : minat, profil belajar dan kesiapan siswa. Beberapa contoh dan pendekatan yang dipakai untuk diferensiasi adalah : Schoolwide Enrichment Model (SEM), Akselerasi (baik dengan cara Lompat Kelas atau dengan Pemadatan Kurikulum), Tier Activity (aktivitas berjenjang), metode KUD (Know, Understand. Do), Kontrak Belajar dan Kelompok Belajar.

PROJECT-BASED LEARNING

Dalam PBL siswa belajar untuk menginvestigasi, mengeksplorasi dan secara aktif mencari solusi tentang masalah dunia nyata. Dalam PBL siswa diharapkan menghasilkan suatu outcome baik berubah produk, performa, atau presentasi. Karena pendekatan PBL menggunakan berbagai macam disiplin ilmu serta menggunakan berbagai keterampilan belajar maka PBL sangat menyenangkan untuk anak gifted, apalagi jika mereka diberi kesempatan untuk mengeksplorasi bidang minat dan bakat mereka masing-masing.

INQUIRY-BASED LEARNING

Inquiry -based adalah bagian dari Problem-based Learning yang menitikberatkan pada pembelajaran aktif. IBL biasanya dimulai dari suatu pertanyaan besar, masalah atau skenario yang harus dipecahkan bersama. Siswa diajarkan untuk mengembangkan pemikiran kritis; kemampuan investigasi, evaluasi, dan analisa; serta kemampuan komunikasi dan kolaborasi untuk bisa mendapatkan solusi. Dalam IBL peran guru adalah menjadi fasilitator.

MENTORSHIP

Model mentorship sering dipakai untuk kasus tertentu misalnya seorang siswa memiliki project yang membutuhkan keahlian khusus diluar yang bisa diberikan oleh guru di sekolah. Dalam metode ini siswa mencari mentor yang bisa membimbing mereka, sementara guru menyediakan struktur dan panduan agar project tersebut bisa diintegrasikan dengan program sekolah. Mentorship sangat efektif terutama bagi anak-anak yang duduk di bangku SMA yang sedang mempersiapkan portfolio mereka untuk keperluan perguruan tinggi maupun vokasi. Mentorship juga berguna untuk anak-anak yang penguasan materi mereka sudah jauh melebihi teman sebaya.

Demikian beberapa model pendidikan gifted yang selama ini dipakai di Noble Academy.

Akhirnya, pendidikan anak gifted harus menjadi kombinasi dari para edukator dan profesional yang mengerti dan terlatih, serta juga peran orangtua yang mendukung pencarian bakat dan pengembangan talent anak mereka. Kedua unsur ini akan menjadi proses pertumbuhan anak gifted menjadi optimal. Diharapkan anak gifted yang sudah memiliki potensi luar biasa ini akan menjadi orang dewasa dengan pencapaian yang luar biasa pula.