Berkunjung ke CTY Johns Hopkins University
Berkunjung ke CTY Johns Hopkins University
Berkunjung ke CTY Johns Hopkins University
Berkunjung ke CTY Johns Hopkins University
BWhatsApp-Image-2019-11-13-at-16.38.58
Berkunjung ke CTY Johns Hopkins University
Berkunjung ke CTY Johns Hopkins University
Berkunjung ke CTY Johns Hopkins University
Berkunjung ke CTY Johns Hopkins University
Berkunjung ke CTY Johns Hopkins University
Berkunjung ke CTY Johns Hopkins University
Berkunjung ke CTY Johns Hopkins University
Berkunjung ke CTY Johns Hopkins University
Berkunjung ke CTY Johns Hopkins University
Berkunjung ke CTY Johns Hopkins University
Berkunjung ke CTY Johns Hopkins University
Berkunjung ke CTY Johns Hopkins University
Berkunjung ke CTY Johns Hopkins University
Berkunjung ke CTY Johns Hopkins University
Berkunjung ke CTY Johns Hopkins University

Apa yang istimewa dari Johns Hopkins University?

Dikenal dengan keunggulan di bidang research JHU merupakan salah satu universitas unggul.

Kunjungan kami kali adalah ke CTY (Center fo Talented Youth) yang ada di JHU. CTY terletak sekitar 30 menit dari downtown Batimore ke arah pegunungan yang disebut Mt. Washington. Tidak ada waktu yang lebih baik untuk berkunjung ke tempat ini selain pada musim gugur dimana cuaca yang sejuk dan pemandangan yang spektakuler. Karena terletak di daerah perbukitan maka Mt. Washington sangat indah, dipenuhi pepohonan dengan daun-daun yang telah berubah warna.

CTY adalah program prestisus untuk para siswa gifted and talented yang diselenggarakan oleh Johns Hopkins University. Dimulai 40 tahun lalu ketika seorang siswa 13 tahun dari Baltimore ingin mencari tantangan untuk pelajaran Matematika. Walau masih duduk di kelas 7 tapi seluruh pelajaran Matematika di sekolah telah dilahapnya. Menangapi itu Julian Stanley, professor dari fakultas psikologi Johns Hopkins University memulai program untuk membantu anak tersebut mendapatkan kebutuhan akademisnya. Saat ini program online maupun summer camp CTY telah diikuti oleh 80 negara.

Untuk bisa menjadi peserta di CTY program tidak mudah. Calon peserta harus lulus ujian yang dirancang untuk 3-4 tingkat diatasnya. Bagi siswa yang masih duduk di grade 7 ke bawah CTY memiliki test khusus untuk menjaring talent yaitu SCAT. Sementara untuk siswa kelas 7 ke atas harus melampirkan score SAT mereka.

Memiliki score yang tinggi juga belum jadi jaminan untuk diterima di program ini. Apalagi Summer Camp yang diadakan setiap tahun, saking banyak peminat dari seluruh dunia, CTY harus menyeleksi calon peserta dengan memakai algoritma. Materi yang dipelajari juga sudah setara dengan mahasiswa dan diajarkan oleh guru atau dosen universitas. Subject-subject yang diajarkan beragam dari bidang studi Humanity, Science, Math, Language. Contohnya: Cognitive Psychology, Exploring Ethics, International Politics, Writing Persuasion, Game Theory, Cryptology, Electrical Engineering, Astrophysics, Buomedical Sciences.

Di negara yang pendidikannya maju baik di Asia dan Eropa, CTY telah menjadi brand unggul dalam menciptakan talent-talent muda yang menjadi expert di bidangnya. Lulusan CTY juga merupakan portfolio yang berharga bagi mereka yang ingin masuk ke World Top University. Alumninya CTY antara lain adalah Mark Zuckerberg dan Lady Gaga, serta banyak penerima awards seperti Field Medals, Genius Grant dan MacArthur Fellows.

Sayangnya, CTY masih menjaring talent mereka berdasarkan standardized test sehingga mengabaikan anak gifted dengan dengan leraning difficulty dan asiknroni. Hasil IQ test bahkan tidak diperhitungkan mereka. Dan karena admisi berdasarkan score SCAT dan SAT yang memakai kurikulum dan norma Amerika, maka talent dari anak-anak yang multicultural dan diversed background juga kemungkinan tidak terjaring.

Untuk anak-anak yang tidak mendapatkan score yang memadai, CTY mereferensikan DCC (Diagnostic and Counsling Center) mereka untuk diidentifikasi lebih lanjut. Namun, diagnostic di DCC tetap memakai tools dengan norma Amerika untuk mengukur intelegensi dan kemampuan akademis, tanpa memperhitungkan performance atau portfolio.

Identifikasi dan pelayanan untuk anak-anak gifted asinkroni kelihatannya tidak menjadi fokus utama bagi insititusi seperti CTY JHU. Mereka lebih memilih anak-anak yang high achiever dan dengan demikian mengekslusi anak-anak highly gifted yang perkembangannya sering tidak linear dan akademiknya underechieved. Selain itu masih kurang tenaga profesional yang memiliki pemahamanan menyeluruh tentang pelayanan anak-anak multikultur. Karena kakunya identifikasi dan ujian standarisasi yang menjadi ukuran, maka anak-anak dibesarkan dengan budaya yang berbeda dengan Amerika beresiko tinggi untuk mendapatkan diagnosa yang salah. Perjalanan yang panjang masih harus ditempuh anak gifted yang asiknroni, multikultur, dan mereka yang twice-exceptional.